Pengertian Postmodern
Postmodern adalah refleksi kritis atas
paradigma-paradigma modern dan atas metafisika pada umumnya.
Istilah Postmodern pertama kali dipakai dan
diperkenalkan dalam wilayah seni oleh Federico de Onis pada tahun 1930-an.
Istilah Postmodern dalam filsafat diperkenalkan oleh Francis Lyotard dalam
bukunya: The Postmodern Condition; A Report on Knowledge yang terbit
dalam bahasa Inggris tahun 1984.
Postmodern menurut beberapa tokoh:
1. Pemutusan hubungan dengan modern (Lyotard, Gelder)
2. Koreksi terhadap modern (Dafid Griffin)
3. Bentuk radikal dari kemodernan yang bunuh diri (Baudrilard,
Derrida, Foucault)
4. Wajah arif kemodernan yang telah sadar diri (Giddens)
5. Satu tahap proyek modernisme yang belum selesai (Habermas)
Postmodernisme, Postmodernitas dan Filsafat Postmodern
Postmodernisme adalah sebuah paham yang
melawan modernisme (konsep berpikir). Postmodernitas merupakan situasi dan tata
sosial produk teknologi informasi, globalisasi, konsumerisme yang berlebihan,
pasar uang dan sebagainya. Sementara filsafat postmodern adalah filsafat yang
sama sekali berbeda dengan filsafat modern.
Tokoh-Tokoh
1. Francis Lyotard
Dalam era modern,
kekuasaan telah terbagi-bagi dan tersebar berkat demokratisasi teknologi,
seperti layaknya bidak catur. Cerita besar modernisme bagi Lyotard adalah kedok
belaka. Dia menolak sama sekali semua yang terkait dengan modernisme.
Bahasa, bagi lyotard,
bukanlah gejala tunggal karena sejarah dan karakter dasarnya adalah lokal dan
spesifik. Baginya, yang tertinggal hanyalah beragam permainan bahasa dalam
lingkungan ketegangan yang ditandai oleh menajamnya perbedaan, konflik dan
sulitnya mencapai konsensus yang adil (hilangnya makna).
2. Ferdinand De Saussure (Semiologi)
·
Signifie dan Signified
Signifie (penanda) adalah bunyi yang
bermakna atau coretan yang bermakna (aspek material dari bahasa), sedangkan signified
(petanda) adalah gambaran mental, pikiran atau konsep (aspek mental dari
bahasa).
·
Langage, Parole dan Langue
Langage adalah
fenomena bahasa secara umum. Parole adalah pemakaian bahasa yang
individual (language use). Sedangkan langue adalah pemakaian bahasa oleh
golongan bahasa tertentu.
·
Sinkroni dan Diakroni
Sinkroni adalah
bertepatan dengan waktu (itu) dan lepas dari historis (ahistoris), sedangkan diakroni
adalah menelusuri makna, peninjauan historis. Menurut De Saussure, linguistik
harus melalui sinkroni sebelum diakroni.
3. Charles Sander Pierce (Semiotika)
Tiga konsep semiotika:
·
Sintaksis semiotok adalah
hubungan antarbenda, seperti teks dan gambar dalam iklan.
·
Semantik semiotik adalah
hubungan antara tanda, obyek dan interpretant. Hal ini untuk melihat hubungan
antara tanda non bahasa dalam iklan.
·
Pragmatik semiotik adalah
hubungan antara pemakai tanda dan pemakaian tanda.
4. Martin Heidegger (Hermeneutika)
Hermeneutika adalah
penafsiran tentang "Ada" sekaligus dengan cara sang "Ada"
itu menampilkan dirinya. Bahasa merupakan cara manusia berada yang khas, maka
obyek utama hermeneutika adalah segala bentuk permainan bahasa yang
memungkinkan manusia memahami dunia dengan dirinya sendiri.
Hermeneutika bukan ilmu
(mencari dasar bagi keabsahan klaim ilmiah atas kebenaran), melainkan
meneropong bagaimana terjadinya dan bekerjanya pola pemahaman ilmiah.
Hermeneutika bukan
epistemologi (disiplin teoritis yang menentukan syarat-syarat untuk mengklaim
kebenaran yang sah), melainkan penggalian reflektif atas keterbatasan setiap
klaim tentang kebenaran.
5. Jacques Derrida (Dekontruksi)
Tanda adalah gunungan realitas
yang menyembunyikan ideolgi yang membentuk atau dibentuk oleh makna. Jika
filosof sebelumnya mengasumsikan "Ada dipahami sebagai kehadiran"
(logosentrisme) maka Derrida memahami "kehadiran itu dalang rangka
jaringan tanda, kehadiran dimengerti berdasarkan sistem tanda. Jika dikatakan
"tanya saja pada Jhon" maka kata "Jhon" menunjuk pada orang
yang tidak hadir dan seakan menghadirkannya.
Tidak seperti filosof
strukturalisme sebelumnya yang mengatakan bahwa "penanda mendahului
petanda", Derrida menganggap tanda sebagai trace (bekas) yang
mendahuli petanda.
Baginya, pada akhirnya
bahasa dan kata-kata adalah kosong belaka, dalam arti tidak menunjuk pada
sesuatu apapun selain pada maknanya sendiri dan makna itu sendiri tidak lain
hanyalah perbedaan arti yang dimungkinkan oleh sistem lawan kata.
Dengan dekontruksi, cerita
besar modernitas dipertanyakan, dirongrong dan disingkap sifat paradoksnya.
Modrnisme hendak ditampilkan tanpa kedok .
6. Michel Foucault (Arkeologi Pengetahuan)
Setiap zaman mempunyai
episteme
tertentu
yang merupakan fundamen epistemologis bagi zaman itu. Episteme itu mejadikan
zaman itu berbeda dengan zaman yang lain (diskontinuitas dalam sejarah).
Foucault berusaha menggali episteme-episteme yang menentukan berbagai zaman.
Itulah yang disebut dengan "arkeologi pengetahuan".
Sekumpulan pernyataan yang
bersifat diskontinuitas disebut dengan "diskursus". Untuk menyelidiki
diskursus, Foucault memiliki konsep:
·
Positivitas (yang menandai
kesatuan diskursus dalam satu periode)
·
Apriori historis
(syarat-syarat atau aturan-aturan yang menentukan diskursus)
·
Arsip (endapan domumen masa
lampau)
Pengetahuan dan kekuasaan
seperti dua sisi mata uang, tidak ada pengetahuan tanpa kekuasaan. Adapun
pendapat Foucault tentang kuasa adalah:
·
Kuasa bukanlah milik tapi
strategi
·
Kuasa tidak dapat
dilokalisasi tetapi terdapat di mana-mana
·
Kuasa tidak selalu selalu
bekerja melalui penindasan atau represi tetapi terutama normalisasi (sesuai
atau mengadakan norma) dan regulasi (menyesuaikan atau mengadakan
aturan-aturan)
·
Kuasa tidak bersifat
destruktif (menghancurkan) tetapi produktif (menghasilkan sesuatu).
7. Jean Baudrilard (Teori Simulasi)
Tanda merupakan kontruksi
simulasi suatu realitas. Dalam dunia simulasi, bukan realitas yang menjadi
cerminan kenyataan tetapi model-model seperti boneka barbie, tokoh-tokoh
televisi dll. Tokoh-tokoh itu nampak lebih dekat ketimbang tetangga sendiri.
Perkembangan iptek seperti
micro processor, memori bank, remote control, telecard, laser disc dan internet
telah menciptakan relitas baru dengan citra-citra buatan. Citra-citra itu lebih
meyakinkan ketimbang fakta, lebih dipercaya ketimbang kenyataan sehari-hari.
Akhirnya, nilai-guna dan
nilai-tukar telah tergantikan oleh nilai nilai-tanda (makna) dan nilai simbol.
Jadi citra, simbol dan sistem tanda lebih diperhatikan ketimbang manfaat dan
harga.
8. Fritjof Capra (Holistisisme)
Capra meletakkan
pengetahuan intuitif di atas pengetahuan rasional dan riset rasional. Capra
juga mengadopsi panteisme dan mistisisme timur sebagai paradigma sains yang
memandang seluruh keberadaan sebagai keberadaan tunggal, hal ini karena atompun
juga berkaitan erat satu sama lain dan saling bergantung.
Karena realitas itu
tunggal maka, bagi capra, tidak ada fenomena-fenomena yang saling bertentangan
satu sama lain.